Laporan
Hasil praktikum
Struktur Ambing, Limpa Dan Ginjal
Pada sapi.
OLEH
:
JUSNI YABY BR
TARIGAN
AGRIBISNIS
SAPI PERAH Batch II
PT. ULTRA JAYA MILK TRADING COMPANY, Tbk. JOINT PROGAM PPPPTK PERTANIAN CIANJUR DAN
POLITEKNIK NEGERI JEMBER
2015/2016
KATA PENGANTAR
Puji
syukur kami panjatkan
kehadirat Allah SWT atas taufik dan hidayah-Nya, kami bisa menyusun laporan
praktikum ini.
Ucapan
terimakasih tentulah tak lupa kami ucapkan kepada pihak –pihak yang telah
membantu kami dalam menyelesaikan laporan ini. Ucapan
terimakasih
khususnya kami sampaikan kepada:
1 Bapak
Sunarno selaku
dosen pembimbing mata kuliah
Biologi Terapan.
2. Orangtua
yang selalu memberi dukungan material maupun spiritual.
3. Rekan-rekan seperjuangan selaku
pemberi motivasi dan semangat.
Kami
menyadari bahwa laporan yang kami buat ini jauh dari kata sempurna, untuk itu kami mohon kritik dan saran
yang membangun untuk perbaikan di masa yang akan datang.
Semoga
laporan yang kami buat ini dapat bermanfaat untuk diri kami khususnya dan
pembaca pada umumnya.
Penulis
BAB
I
PENDAHULUAN
A. LATAR
BELAKANG
Kelenjar mamae merupakan
modifikasi kelenjar sudoriferosa. Kelenjar tersebut berkembang di sepanjang
garis susu. Kulit ambing ditutupi rambut halus, tetapi puting sama sekali tidak
tertutup rambut. Pemisahan ambing menjadi dua bagian kearah ventral ditandai
dengan adanya kerutan longitudinal pada lekukan intermamae.
Ambing terdiri atas dua bagian yaitu bagian sebelah kanan dan
bagian sebelah kiri yang dipisahkan oleh selaput pemisah yang tebal dan
terletak memanjang badan sapi dan membantu melekatkannya ambing pada tempatnya.
Bagian ambing dibagi atas kuartir depan dan kuartir belakang yang dibatasi oleh
jaringan pengikat yang tipis dan tiap perempatan ambing itu mempunyai saluran tempat
keluarnya air susu yang disebut puting, rongga puting melebar ke arah rongga
ambing (udder sistern). Dua kuartir depan biasanya berukuran 20% lebih kecil
dari kuartir ambing bagian belakang dan antara kuartir itu bebas satu dengan
yang lainnya. Ambing sapi di bagian luar terbungkus oleh dinding luar yang
disebut ligamentum suspensorium lateralis sedangkan di bagian dalam ambing
terpisah menjadi bagian kanan dan kiri oleh suatu selaput pemisah tebal yang
berjalan longitudinal dan menjulur ke atas bertaut pada dinding perut yang
disebut ligamentum suspensorium medialis. Fine membrane merupakan membran
diantara keempat bagian kuartir ambing. Inter mammary groove terbentuk saat
ligamentum suspensorium lateralis bertemu dengan ligamentum suspensorium medialis.
Limpa adalah struktur terbesar dalam sistem limfoid, limpa adalah organ
seperti kelenjar yang terletak di perut kiri atas. Organ ini berfungsi sebagai
reservoir darah, memproduksi limfosit dan sel plasma, dan berfungsi
sebagai “filter” untuk darah yang rusak dengan menghapus sel darah merah dari
peredaran.
Ginjal
adalah organ ber vaskularisasi tinggi yang menerima kurang lebih 25 % darah
cardiac output. Masing-masing ginjal mengandung 1 juta nefron, yang berkembang
dalam fetus sejak usia 35 minggu kehamilan.1 Masing-masing nefron terbentuk
atas 2 bagian yaitu glomerulus yang terdiri dari bundel kapiler berdinding
tipis yang berfungsi sebagai filter, dan sebuah tubulus yang berfungsi untuk
mengalirkan cairan ultrafiltrat dari glomerulus
B. TUJUAN
Untuk
mengetahui struktur dari ambing, limpa, dan ginjal pada hewan sapi serta
mengetahui fungsi dari masing-masing struktur.
C. MANFAAT
§ Dapat
mengetahui struktur ambing, limpa, dan ginjal pada hewan sapi.
§ Dapat
mengetahui fungsi dari masing-masing struktur
BAB
II
ISI
A. STRUKTUR
AMBING
1.
Anatomi Dan
Fisiologi Ambing
Ambing merupakan karakteristik utama pada semua
Mammalia. Ambing berasal dari kelenjar kulit dan dikelompokkan sebagi kelenjar
eksokrin. Ambing berfungsi mengeluarkan susu untuk makanan anaknya setelah
lahir. Ambing ini tumbuh selama kebuntingan dan mulai mengeluarkan susu setelah
beranak. Berbagai hormon yang menentukan reproduksi juga mengatur ambing.
Karena itu, perkembangan ambing dan laktasi adalah bagian integral dari reproduksi.
2.
Eksternal Ambing
Ambing/kelenjar susu sapi terdiri dari empat bagian
terpisah. Bagian kiri dan kanan terpisah jelas, bagian ini dipisahkan oleh
sulcus yang berjalan longitudinal yang disebut sulcus intermammaria. Kuartir
depan dan belakang jarang memperlihatkan batas yang jelas. Jika dilihat dari
samping, dasar ambing sebaiknya rata, membesar ke depan dan melekat kuat ke
dinding tubuh perut. Pertautan pada bagian belakang sebaiknya tinggi dan lebar,
dan tiap kuartir sebaiknya simetris. Gambaran eksternal ini memberi arti
produktivitas seumur hidup dan merupakan kriteria penting yang digunakan untuk
menilai sapi perah pada pameran ternak dan penilaian klasifikasi
bangsa.
Susu dari tiap kelenjar disalurkan ke luar melalui puting, puting susu
berbentuk silindris atau kerucut yang berujung tumpul. Puting susu
belakang biasanya lebih pendek dibandingkan puting susu depan. Bila menggunakan
mesin perah putting susu yang pendek lebih menguntungkan dibanding dengan yang
panjang, karena milk-flow rate-nya lebih cepat, dengan perkataan
lain sapi dengan puting panjang diperah lebih lama dari pada puting pendek.
Sifat terpenting puting untuk pemerahan efisien adalah (1) ukuran sedang, (2)
penempatan baik, dan (3) cukup tegangan pada otot spinkter sekitar lubang
puting agar memudahkan pemerahan dan susu tidak menetes.
3.
Internal Ambing
Ambing terdiri dari rangkaian sistem berbagai struktur
penunjang. Struktur penunjang ini adalah darah, limfe dan pasokan syaraf,
sistem saluran untuk menyimpan dan mengangkut susu, serta unit epitel sekretori
bakal alveoli.
a. Jaringan Penunjang
Kulit Walaupun
perananan kecil sebagai jaringan penunjang dan stabilisator ambing, namun kulit
ini sangat besar peranan sebagai jaringan pelindung bagian dalam ambing dari
luka dan bakteri.
Ligamen suspensori lateral. Ligamen suspensori lateral merupakan salah satu
jaringan penunjang utama ambing. Jaringan ikat ini sangat berserabut, tidak
lentur (non-elastis), dan berasal dari perluasan otot atas dan belakang ke
ambing. Ligamen suspensori lateral membesar sepanjang kedua sisi ambing dan
bagian ujung jaringan masuk ke dalam ambing untuk menopang bagian dalam ambing.
Ligamen suspensori lateral membesar ke bagian tengah dasar ambing dimana
jaringan bergabung dengan ligamen suspensori median.
LIGAMEN SUSPENSORI MEDIAN
Jaringan ikat ini juga merupakan jaringan penunjang
utama ambing. Jaringan disusun dari jaringan lentur (elastik) yang
timbul dari tengah dinding perut dan membesar di tengah ambing yang menyatukan
ligamen suspensori lateral di dasar ambing. Kelenturan ligamen suspensori
median berguna agar ambing dapat membesar bila berisi susu.
b. Sistem Pembuluh Darah.
Darah yang mengandun O2 meninggalkan
jantung melalui aorta dan kemudian melalui cabang-cabang arteri yang lebih
kecil darah dibawa ke ambing melalui dua buah arteri : arteri pudenda
externa (kanan dan kiri). Kedua arteri ini menembus dinding perut
melalui canalis inguinalis masing-masing kanan dan kiri masuk
ke dalam ambing. Pada saat masuk ke dalam ambing keduanya berubah menjadi arteria
mammaria yang segera bercabang menjadi arteria mammaria
cranialis dan caudalis. Kedua cabang ini bercabang-cabang
lagi menjadi arteria yang lebih kecil, kemudian membentuk kapiler yang memberi
darah ke sel-sel ambing.
Venula yang berasal dari kapiler-kapiler dan saling
beranastomosa membentuk vena yang menampung darah dari ambing. Pada bagian
atas/puncak ambing vena membentuk lingkaran vena. Pada tempat ini darah
meninggalkan ambing melalui tiga jalan, yaitu :
§
Jalan
utama pertama tediri atas dua buah vena pudenda externa yang sejajar
dengan arteria pudenda externa berjalan melaluicanalis
inguinalis dan akhirnya menggabungkan diri dengan vena cava yang
membawa darah ke jantung.
§
Jalan
utama kedua terdiri atas dua buah vena yaitu : vena abdominalis atau vena
mammae kanan dan kiri yang terdapat pada tepi anterior dari ambing.
Kedua vena ini berjalan di sepanjang dinding ventral perut berada langsung di
bawah kulit. Vena ini masuk ke dalam cavum thoracis pada
sumber susu dan akhirnya menggabungkan diri dengan vena cava anterior ke
dalam jantung.
§
Jalan
ketiga yaitu vena perinealis, walaupun kecil merupakan jalan masuk
ke dalam tubuh dari ambing melalui velvis.
c. Sistem Saluran Ambing
Sistem saluran ambing terdiri atas serangkaian saluran
alir yang berawal pada alveoli dan berakhir pada saluran keluar.
§ Puting
Puting tertutup oleh kulit tak berambut yang tidak
memiliki kelenjar keringat. Pada dasar puting terdapat saluran pengeluaran
tempat susu mengalir ke luar. Panjang saluran pengeluaran biasanya 8-12 mm dan merupakan garis dengan sel yang membentuk serangkaian lipatan serta akan
menutup saluran pengeluaran selama selang pemerahan.
§ Sisterne Kelenjar
Sisterne puting terletak tepat setelah saluran
pengeluaran bersatu dengan sisterne kelenjar pada dasar ambing. Sisterne
kelenjar berfungsi sebagai ruang penyimpanan terbatas karena menerima tetesan
dari jaringan sekretori. Umumnya sisterne kelenjar berisi 1 pint (473,18 cc)
susu yang kemampuan nyatanya berbeda pada tiap-tiap sapi.
§ Saluran Ambing
Percabangan sisterne ambing ada 12 sampai 50 atau
lebih saluran, yang kembali bercabang beberapa kali dan akhirnya membentuk
duktul terminal yang mengalir ke tiap alveolus.
§ Alveoli
Alveoli dan duktul terminal terdiri dari lapisan
tunggal sel epitel. Fungsi sel-sel ini memindahkan makanan dari darah dan
mengubah menjadi susu serta mengeluarkan susu ini ke dalam tiap alveolus. Dalam
keadaan berkembang penuh saat laktasi, beberapa alveoli berkelompok menjadi
lobuli, dan beberapa lobuli bersatu menjadi lobus.
A. STUKTUR
LIMPA
Limpa adalah kelenjar tanpa saluran (ductless) yang berhubungan
erat dengan sistem sirkulasi dan berfungsi menghancurkan
sel darah merah tua. Limpa termasuk salah satu organ sistem
limfoid, selain timus, tonsil, dan
kelenjar limfe. Sistem limfoid berfungsi untuk melindungi tubuh dari
kerusakan akibat zat asing. Sel-sel pada sistem ini dikenal dengan sel
imunokompeten yaitu sel yang mampu membedakan sel tubuh dengan
zat asing dan menyelenggarakan inaktivasi atau perusakan benda-benda asing.
ANATOMI
DAN FUNGSI
Limpa merupakan organ limfoid terbesar
dan terletak di bagian depan dan dekat punggung rongga perut di antara diafragma dan lambung.
Secara anatomis, tepi limpa yang normal berbentuk pipih. Fungsi limpa yaitu
mengakumulasi limfosit dan
makrofaga, degradasi eritrosit,
tempat cadangan darah, dan sebagai organ pertahanan terhadap infeksi partikel asing yang masuk ke dalam darah.
Limpa dibungkus oleh kapsula, yang terdiri atas
dua lapisan, yaitu satu
lapisan jaringan penyokong yang tebal dan satu lapisan otot halus.
Perpanjangan kapsula ke dalam parenkim limpa disebut trabekula. Trabekula
mengandung arteri, vena, saraf, dan
pembuluh limfe. Parenkim limpa disebut pulpa yang terdiri atas pulpa merah dan
pulpa putih. Pulpa merah berwarna merah gelap pada potongan limpa segar. Pulpa
merah terdiri atas sinusoid limpa. Pulpa putih tersebar dalam pulpa merah,
berbentuk oval dan
berwarna putih kelabu.
Pulpa putih terdiri atas pariarteriolar limphoid sheats (PALS), folikel limfoid,
dan zona marginal.
Folikel limfoid umumnya tersusun atas sel limfosit B, makrofaga, dan sel debri.
A. STRUKTUR
GINJAL
Gb. Neufron Ginjal
Fungsi utama ginjal adalah
mengekskresikan zat-zat sisa metabolisme yang mengandung nitrogen misalnya amonia.
Amonia adalah hasil pemecahan protein dan bermacam-macam garam, melalui proses
deaminasi atau proses pembusukan mikroba dalam usus. Selain itu, ginjal juga
berfungsi mengeksresikan zat yang jumlahnya berlebihan, misalnya vitamin yang
larut dalam air; mempertahankan cairan ekstraselular dengan jalan mengeluarkan
air bila berlebihan; serta mempertahankan keseimbangan asam dan basa. Sekresi
dari ginjal berupa urin.
FUNGSI GINJAL
1. Membuang sisa hasil metabolisme dengan cara
menyaring dari darah berupa air seni (urin).
2. Mengatur kadar air, elektrolit tertentu serta
berbagai bahan lain dari darah.
3. Membuang bahan yang berlebihan atau tidak lagi
dibutuhkan tubuh.
4. Sebagai kelenjar endokrin (sel juksta-glomeruli
dan makula densa) yang mengatur hemodinamika serta tekanan darah dengan
menghasilhan zat renin.
5. Fungsi ginjal erat hubungannya dengan
paru-paru dan kulit dalam mempertahankan volume dan komposisi darah terhadap
beberapa zat tertentu. Pada darah zat tersebut mempunyai nilai ambang yang
konstan, dan bila melebihi nilai ambang, maka zat tersebut dibuang melalui
ginjal, paru-paru, maupun kulit.
ANATOMI
DAN HISTOLOGI GINJAL
Struktur
histologi ginjal pada berbagai jenis hewan piara tidak sama, sehingga bentuk
ginjal dibedakan menjadi:
§ Unilober
atau unipiramidal
Pada kelinci dan kucing
mempunyai struktur histologi sama, yakni tidak dijumpai adanya percabangan pada
kalik renalis, papila renalis turun ke dalam pelvis renalis, dan duktus
papilaris bermuara pada kalik. Pada kuda, domba, kambing, dan anjing terjadi
peleburan dari beberapa lobus, sehingga terbentuk papila renalis tunggal yang
tersusun longitudinal.
§ Multilober
atau multipiramidal
Bentuk ini dijumpai
pada babi, sapi, dan kerbau. Lobus (piramid) dan papila renalis lebih dari satu
jelas terlihat.
§ Sinus
renalis
Disusun atas :
1.
Pelvis renal, dibentuk oleh kalik mayor dan kalik minor. Pelvis ini merupakan
bagian atas ureter yang melebar.
2.
Arteri, vena dan nervus.
3.
Lemak dengan jumlah sedikit dan tidak dijumpai jaringan konektif.
Ginjal pada dasarnya dapat dibagi dua
daerah, yaitu : Kortek (luar ) dan Medulla (dalam). Kortek meliputi daerah
antara dasar malfigi piramid yang juga disebut piramid medula hingga ke daerah
kapsula ginjal. Daerah kortek diantara piramid tadi membentuk suatu kolum
disebut Kolum Bertini Ginjal. Pada potongan ginjal yang masih segar, daerah
kortek terlihat bercak merah yang kecil (petikhie) yang sebenarnya merupakan
kumpulan vaskuler khusus yang terpotong, kumpulan ini dinamakan renal korpuskle
atau badan malphigi.
§ Renal
Korpuskula
Renal
korpuskula terdiri atas berkas kapiler glomeruli dan glomerulus yang
dikelilingi oleh kapsula berupa epithel yang berdinding ganda disebut : Kapsula
Bowman.
Dinding sebelah dalam disebut lapisan
viseral sedangkan yang disebelah luar disebut lapisan pariental, yakni menerima
cairan yang akan difiltrasi melalui dinding kapiler.
§ Tubulus
Konvulatus Prokimalis
Struktur ini merupakan segmen
berkelok-kelok, yang bagian awal dari tubulus ini panjangnya dapat mencapai 14
mm dengan diameter 57-60. Tubulus konvulatus proksimalis biasanya ditemukan
pada potongan melintang kortek yang dibatasi oleh epithel selapis kubis atau
silindris rendah, dengan banyak dijumpai mikrovilli. Karakteristik dari tubulus
ini ditemukan apa yang disebut Brush Border, dengan lumen yang lebar dan
sitoplasma epithel yang jernih.
§ Tubulus
Konvulatus Distalis
Perbedaan struktur histologi dengan Tubulus
Konvulatus proksimalis antara lain : Sel epithelnya besar, mempunyai brush
border, lebih asidofil, potongan melintang pada tempat yang sama mempunyai
epithel lebih sedikit, Tubulus Konvulatus distalis : Sel epithel lebih kecil
dan rendah, tidak mempunyai brush border, kurang asidofil, lebih banyak epithel
pada potongan melintang
Sepanjang perjalanan pada kortek, tubulus ini
mengadakan hubungan dengan katup vaskuler badan ginjal dari nefronnya sendiri
yakni dekat dengan anteriole aferent dan eferent. Pada tempat hubungan ini,
tubulus distalis mengadakan modifikasi bersama dengan arteriola aferens. Segmen
yang mengadakan modifikasi ini pada mikroskop cahaya tampak lebih gelap ini
disebabkan dekatnya dengan inti disebut : Makula dense.
Fungsi Makula dense belum begitu jelas, tapi
beberapa ahli mengatakan, fungsinya adalah sebagai penghantar data osmolaritas
cairan dalam tubulus distal ke glomerulus. Enzim renin mengubah hipertensinogen
menjadi hipertensin (angiotensin). Angiotensin mempengaruhi tunika media dari
arteriola untuk berkontraksi, yang mengakibatkan tekanan darah menjadi naik.
§ Tubulus
Kolektivus
Tubulus kolektivus merupakan lanjutan dari nefron
bagian tubulus konvulatus distalis dan mengisi sebagian besar daerah medula.
Tubulus kolektivus bagian depan mempunyai lumen yang kecil berdiameter sekitar
40 dengan panjang 20-22 mm. Lumennya dilapisi epithel kubis selapis, sedangkan
tubulus kolektivus bagian belakangnya sudah berubah menjadi bentuk silindris
dengan diameter 200, panjangnya mencapai 30-38 mm.
BAB
III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Dari hasil pengamatan diatas dapat disimpulkan
bahwa:
1.
Ambing/kelenjar
susu sapi terdiri dari empat bagian terpisah. Bagian kiri dan kanan terpisah
jelas, bagian ini dipisahkan oleh sulcus yang berjalan longitudinal yang
disebut sulcus intermammaria. Kuartir depan dan belakang jarang memperlihatkan
batas yang jelas.
Bagian ambing terdiri
atas:
a.
Eksternal Ambing
b.
Internal Ambing
Ambing berfungsi
mengeluarkan susu untuk makanan anaknya setelah lahir.
2.
Limpa adalah kelenjar tanpa saluran (ductless) yang berhubungan
erat dengan sistem sirkulasi dan berfungsi menghancurkan
sel darah merah tua. Limpa merupakan organ limfoid terbesar
dan terletak di bagian depan dan dekat punggung rongga perut di antara diafragma dan lambung.
3.
Ginjal adalah organ kompleks yang
bertugas untuk menjaga keseimbangan cairan dan elektrolit, keseimbangan asam
basa, dan ekskresi produk sisa nitrogen. Pemeriksaan fungsi ginjal memerlukan
pemahaman cara bekerjanya.
Fungsi
Ginjal adalah mengendalikan keseimbangan air dalam tubuh, elektrolit, asam baasa,
mengatur tekanan darah, sebagai Eritrhopoetic System.
DAFTAR PUSTAKA
Academic Press. Hlm 234-236.
Blakely, J dan Bade, DH. 1995. Ilmu Peternakan. Gadjah
Mada University Press, Yogyakarta.
Frandson, R.D. 1992. Anatomi dan
Fisiologi Ternak. Edisi ke-4. Gadjah Mada University Press,Yogyakarta.
Geneser F. 1994. Buku Teks Histologi Jilid 2.
Gunawijaya AF, penerjemah. Jakarta: Binarupa Aksara. Terjemahan dari: Textbook
of Histology.
Junquereira LC, Carneiro J. 1982. Histologi Dasar. Ed
ke-3. Dharma A, penerjemah. Jakarta: EGC. Terjemahan dari: Basic Histology. Hlm
287-308, 323-335.
Mouse Reference and Atlas. Vienna: Cache River Press.
Hlm 333-357
Nodes. Di dalam: Maronpot RR, GA Boorman, BW Gaul, Editor. Pathology of the
PC, Palmer N, Editor. Pathology of Domestic Animals Volume 3. Ed ke-4. California:
Soebronto,
A. 1985. Ilmu Penyakit Ternak I. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.
Syarief, M.Z. dan R.M. Sumoprastowo. 1990. Ternak Perah. CV Yasaguna. Jakarta.
Valli VEO, Parry BW. 1993. The Hematopietic System. Di dalam: Jubb KVF,
Kennedy.
Ward JM, Mann PC, Morishima H, Frith CH. 1999. Thymus, Spleen, and Lymph.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar